Kisah Wali Putih Menyebarkan Islam di Jawa tengah
Menjadikan Alas Roban Sebagai Pusat Dakwah
Syekh Fathutieh atau lebih dikenal dengan nama Wali Putih. Lokasi dakwahnya di pesisir Jawa Tengah bagian pulau Jawa. Ia menetap di Sentul Alas Roban sebagai pusat dakwahya. Oleh karena itu, diwilayah tersebut banyak penganut agama Islam. Berikut ini kisah hidupnya.
Penyebar agama Islam di tanah Jawa bukan hanya Walisongo saja, tetapi banyak wali-wali sebelumnya yang melakukan dakwah. Hanya saja kedatangannya sebelum kerajaan islam Demak Bintoro berdiri. Sehingga lepas dari penulisan buku babad yang ada.
Salah satu wali itu adalah Syekh Fatkhutieh, yang masyarakat menyebutnya dengan nama Wali Putih. Lidah orang Jawa yang menyebut dengan nama Wali Putih. Istilahnya keseleo lidah.Tapi orang Arab menyebutkan dengan nama yang fasih Syekh Fathutieh.
Ia dari Arab kemudian tinggal di kerajaan Palembang memiliki jabatan sebagai Senapati Agung. Oleh karena itu, bukan hanya seorang yang gagah perkasa dan sakti. Melainkan memiliki ketinggian ilmu agama Islam. Juga, menjadi seorang penyebar agama di daerah Sumatra.
Pada suatu hari raja Palembang mendapat ilham dari Allah SWT agar pindah ke tanah Jawa. Petunjuk tersebut dituruti oleh beliau Maka, menujulah ke tanah Jawa bersama seluruh abdi dalem dengan menggunakan perahu besar dengannharapan nantinya mendirikan kerajaan di Pulau Jawa.
Syekh Fatkhutieh pun pergi ke tanah Jawa bersama rajanya. Waktu itu di Pulau Jawa ada kerajaan besar. Dibagian bagian barat dikuasai Kerajaan Pajajaran dan di bagian timur dikuasai Kerajaan Majapahit. Kedua kerajaan ini masih memiliki hubungan kekeluargaan. Sama-sama tidak melakukan perebutan kekuasaan atas wilayah daerahnya masing-masing.
Perjalanan menuju tanah Jawa, raja Pelembang Jawa Tengah bagian tengah. Disitulah dia mendirikan sebuah kerajaan bernama Kalingga Murti. Selang beberapa tahun kemudian Wali Putih diperintahkan untuk menguasai dan mempertahankan wilayah pesisir tengah. Tepatnya disekitar Alas Roban atau Hutan Oban.
Saat itu alas roban terkenal dengan mahluk halusnya. Tidak ada yang berani memasuki. Siapapun yang berani nekat memasuki tidak akan pulang kembali ke rumahnya. Maklum mahluk gaibnya ganas-ganas. Sisa sisa keganasan itu hingga kini masih ada.
Hany Wali Putih lah yang berani memasuki Alas Roban. Karena memiliki ilmu seperti yang dimiliki Syekh Subakir penumbal Gunung Tidar. Kemudian ia melakukan perlawanan terhadap mahluk halus penunggu hutan tersebut. Dalam pertarungan itu dimenangkan dirinya.
Kemudian Wali Putih memasang tumbal di hutan Alas Roban agar para makhluk halus yang menghuni mereda dan tidak mengganggu kerajaan maupun rakyat. Para makhluk gaib itu pun bersedia mematuhi dan tetap tinggal di tempat semula. Karena sudah menjadi rumahnya selama beribu-ribu tahun.
Sedangkan Syekh Fathutieh sendiri menetap di daerah yang tidak jauh dengan Alas Roban. Yaitu Desa Sido Muncul atau yang sekarang bernama Sentul. Disamping menjalankan tugas kerajaan, ia juga melakukan dakwah agama Islam keliling di sekitar wilayah pesisir Jawa Tengah.
Dengan berbekal karomah yang diberi Allah SWT, maka Wali Putih banyak sekali umatnya, baik itu manusia maupun mahluk halus. Karena masalah dakwah Islam dinomorsatukan. Kemudian ia meminta kepada rajanya untuk diizinkan menetap di wlayah Alas Roban selamanya. Permintaan itu direstui oleh ratunya.
Dengan menetapnya Wali Putih di Alas Roban, maka masyarakat sangat senang dan tentram. Sebab, mereka telah menemukan tuntunan yang haq dan benar. Yaitu agama Islam. Dapat menjalankan ibadah dengan baik tanpa diganggu mahluk gaib.
Dalam melakukan dakwah lebih bnayak menggunakan cara-cara yang sopan. Tidak menentang adat yang sebelumnya ada. Sifat-sifat arif dan bijaksana menjadikan kekuatan dalam menyebarkan agama Islam. Ia tidak menggunakan alar kesenian sebagaimana yang dilakukan Walisongo, melainkan pendekatan menggunakan ilmu gaib. Karena lingkungan sekitarnya banyak mahluk-mahluk gaib yang tinggal.
Juga masyarakat yang didakwahi masih banyak yang mempercayai adanya mahluk gaib. Sehingga ilmu kegaiban yang dimiliki dapat digunakan untuk mempengaruhi mereka. Sehingga dapat membedakan antara kekuatas setan dengan kekuatan malaikat.
Tak Tergusur Jalan Daendles
Dalam dakwahnya beliau selalu berpesan bahwa bila besok tanah Jawa sudah ada raja yang kudungan gambar jagad, agama Islam akan pecah menjadi berbagai aliran. Juga, makamnya akan dirawat anak cucu dan digunakan untuk membaca kalimat thoyibah. Saat itu juga terjadi perebutan antar pemimpin agama Islam (aliran Islam). Sebab merasa yang paling benar, yang mana mereka semua pada gila jadi pemimpin. Ramalannya tersebut memang terbukti.
Cukup lama Wali Putih menyebarkan agama Islam di wilayah pesisir Jawa Tengah Tengah. Dibawah bimbingannya banyak umat Islam hidup sejahtera dan orang-orang yang awalnya menyembah batu dan pohon besar beralih masuk Islam. Dengan demikian penyebar agama Islam Jawa Tengah dibagian tengah Wali Putih merupakan pelopornya. Sedangkan di JawaTimur Sunan Ampel dan Jawa Barat adalah Syekh Datul Kahfi.
Wali Putih menyebarkan ajaran Islam hingga usianya 78 tahun dan meninggal dalam usia tersebut. Namun sebelum meninggal dunia berpesan agar dimakamkan di lereng bukit Desa Sentul agar nantinya makamnya terselamatkan dari proyek jalan raya yang dibangun Gubernur Jenderal Daendles dari kerajaan Belanda.
Tidak tergusurnya oleh proyek jalan Daendles membuat makamnya semakin dikeramatkan masyarakat. Sebab selama proyek pembuatan jalan Anyer Panarukan gubernur asal Belanda itu telah banyak menggusur makam-makam keramat disepanjang pesisir utara Pulau Jawa. Salah satunya makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Rupanya Wali Putih ini mampu membaca tanda-tanda zaman ke depan. Maka, makamnya terselamatkan dari pembuatan jalan raya. Karena lokasi makamnya berada di lereng bukit yang penuh dengan rerimbunan pohon. Kini makamnya banyak diziarahi umat Islam. Padah hari dan bulan tertentu banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah Indonesia.
Masyarakat pesisir Jawa Tengah bagian tengtah merasa berterimakasih kepada Walisputih yang menyebarkan agama Islam. Sebab wilayah tersebut belum tersentuh dengan Walisongo. Karena wilayah dakwahnya hanya sampai di kerajaan Demak Bintoro. HUSNU MUFID
Kisah Wali Putih Menyebarkan Islam di Jawa Tengah (2-Habis)
Berdakwah dengan Menggunakan Pendekatan Hati
Wali Putih merupakan wali yang cukup disegani masyarakat sekitar Alas Roban. Oleh karena itu, dakwahnya begitu cepat diterima dan makamnya lolos dari penggusuran dari Gubernur Jenderal Daendles. Berikut ini kisahnya.
Cukup lama Wali Putih menyebarkan agama Islam di wilayah pesisir Jawa Tengah. Di bawah bimbingannya banyak umat Islam hidup sejahtera dan orang-orang yang awalnya menyembah batu dan pohon besar beralih masuk Islam. Dengan demikian, penyebar agama Islam Jawa Tengah di bagian tengah Wali Putih merupakan pelopornya. Sedangkan di Jawa Timur Sunan Ampel dan Jawa Barat adalah Syekh Datul Kahfi.
Ia berdakwa dengan cara-cara yang santun dan tidak melakukan profokasi. Karena yang dihadapi adalah rakyat yang belum tahu sama sekali tentang ajaran Islam. Mereka masih percaya dengan pohon-pohon besar dan batu-batu besar.
Bagi Wali Putih, pendekatan dakwah yang dilakukan dengan menggunakan pedekatan hati. Bukan dengan kekerasan kata-kata. Pendekatan tersebut rupanya dapat diterima masyarakat setempat. Karena langsung menyentuh hati.
Ia berdakwah dari Kendal, Waleri, hingga Bawen. Setiap hari banyak masyarakat yang memeluk agama Islam secara sukarela. Kemudian keyakinan yang lama ditinggalkan. Sejak itulah daerah yang belum terjangkau dakwah Walisongo akhirnya terislamkan. Hingga kini masyarakat sekitar Alas Roban masih menganut ajaran yang diajarkan Wali Putih secara turun-temurun..
Dalam dakwahnya beliau selalu berpesan bahwa bila besok tanah Jawa sudah ada raja yang kudungan gambar jagad, agama Islam akan pecah menjadi berbagai aliran. Juga, makamnya akan dirawat anak cucu dan digunakan untuk membaca kalimat thoyibah. Saat itu juga terjadi perebutan antarpemimpin agama Islam (aliran Islam). Sebab merasa yang paling benar, yang mana mereka semua pada gila jadi pemimpin. Ramalannya tersebut memang terbukti.
Dalam berdakwah Wali Putih tidak mengalami banyak kendala yang cukup berarti. Karena masyarakat menyukai kehadirannya. Sehingga dalam waktu singkat banyak yang memeluk agama Islam. Meskipun hanya sebatas mengucapkan kalimat syahadat.
Wali Putih menyebarkan ajaran Islam hingga usianya 78 tahun dan meninggal dalam usia tersebut. Namun sebelum meninggal dunia berpesan agar dimakamkan di lereng bukit Desa Sentul, Alas Roban, Kendal. Harapannya agar nantinya tidak tergusur oleh pembangunan.
Dalam kurun waktu yang cukup lama, ketika Gubernur Jenderal Daendles membuat jalan Anyer-Panarukan makamnya terselamatkan dari penggusuran.
Makam Tidak Tergusur Daendles
Rupanya Gubernur Jenderal Daendles dari kerajaan Belanda tidak berani mengusik makam Wali Putih. Lebih memilih melewati jalur yang lain. Karena takut terjadi peristiwa yang membahayakan dirinya dan para pekerja.
Tidak tergusurnya oleh proyek jalan Daendles membuat makamnya semakin dikeramatkan masyarakat. Sebab selama proyek pembuatan jalan Anyer-Panarukan gubernur asal Belanda itu telah banyak menggusur makam-makam keramat di sepanjang pesisir utara Pulau Jawa. Salah satunya makam leluhur Pangeran Diponegoro.
Rupanya Wali Putih mampu membaca tanda-tanda zaman ke depan. Maka, makamnya terselamatkan dari pembuatan jalan raya. Karena lokasi makamnya berada di lereng bukit yang penuh dengan rerimbunan pohon. Kini makamnya banyak diziarahi umat Islam. Pada hari dan bulan tertentu banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai daerah Indonesia.
Masyarakat pesisir Jawa Tengah bagian tengah merasa berterima kasih kepada Wali Putih yang menyebarkan agama Islam. Sebab wilayah tersebut belum tersentuh oleh Walisongo. Karena wilayah dakwahnya hanya sampai di kerajaan Demak Bintoro. HUSNU MUFID
0 Response to "Rahasia Kisah Kisah Wali Putih Kendal"
Posting Komentar